Pandemi Covid-19 yang telah berjalan selama tiga tahun sejak 2020 mempengaruhi pendidikan di Indonesia. Oleh karena itu, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) melakukan perkembangan kurikulum yang digunakan untuk meningkatkan kualitas mutu pendidikan. Perkembangan kurikulum tersebut adalah Program Kurikulum Merdeka. Program Kurikulum Merdeka merupakan kebijakan baru dari Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi yang mulai diterapkan oleh Sekolah Menengah Kejuruan. Adanya perkembangan kurikulum ini dibuat sesuai dengan kondisi pasca pandemi dalam rangka pemulihan ketertinggalan pembelajaran (learning loss). Dengan menggunakan pendekatan studi kasus, maka perkembangan kurikulum tersebut menjadi hal yang kompleks untuk dibahas. Melalui metode penelitian yang bersifat deskriptif-analitis dengan cara mengumpulkan data wawancara dengan teknik pengambilan sampel yaitu purposive convinient sampling untuk informan siswa kelas X dan XI dan mengumpulkan dokumen terkait dengan fenomena yang hendak diteliti. Informan wawancara terdiri dari pihak pengelola sekolah sejumlah 1 orang, guru koordinator P5 sejumlah 3 orang, guru DPIB sejumlah 3 orang, siswa kelas X DPIB sejumlah 3 orang dan XI DPIB sejumlah 3 orang. Dari hasil wawancara kemudian dilakukan uji validitas data menggunakan triangulasi sumber dan member check. Data yang sudah valid, selanjutnya dianalisis menggunakan analisis tema dengan bantuan Nvivo. Setelah melakukan penelitian, dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan Kurikulum Merdeka di SMK dapat berjalan sesuai dengan semestinya. Meskipun didalamnya terdapat beberapa kendala, mulai dari pendampingan guru saat pembuatan proyek P5 yang tidak menyeluruh, kesiapan siswa terhadap pembelajaran di kelas, dan tantangan siswa dalam pelaksanaan Kurikulum Merdeka