Kekerasan berbasis gender merupakan suatu permasalahan yang cukup sering terjadi dalam masyarakat Indonesia. Hal tersebut diikuti dengan budaya patriarki masyarakat dengan pemikiran bahwa posisi laki – laki selalu lebih unggul dibandingkan perempuan, budaya tersebut membentuk pola pikir masyarakat bahwa ketidaksetaraan antara gender merupakan hal yang wajar sehingga, terdapat ketimpangan dalam sosial masyarakat berdasarkan gender tertentu. Pembentukan kekuasaan melalui persebaran budaya patriarki tersebut kemudian banyak diaminkan oleh banyak orang untuk semakin menindas gender perempuan. Kemudian, isu kekerasan berbasis gender menjadi realitas sosial masyarakat saat ini yang dikembangkan ke dalam sebuah cerita film kontemporer Indonesia dengan merepresentasi perempuan serta pandangan – pandangan stereotip masyarakat terhadap perempuan. Penelitian ini pula menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan teori konstruksi realitas sosial Peter L. Berger untuk melihat bagaimana 3 bentuk proses konstruksi realitas sosial pada mahasiswa UNS terhadap representasi perepuan dan kekerasan berbasis gender di film kontemporer Indonesia dan teori relasi kuasa Michel Foucault untuk mengulas bagaimana kekerasan berbasis gender dan representasi perempuan di film kontemporer Indonesia tersebut terjadi. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pengetahuan mengenai representasi Perempuan dan kekerasan berbasis gender di film kontemporer Indonesia menurut persepsi mahasiswa UNS. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kekerasan berbasis gender tersebut merupakan akibat dari adanya kekuasaan yang dibentuk melalui persebaran budaya patriarki dan membuat representasi perempuan sebagai korban kekerasan berbasis gender. Bentuk – bentuk kekerasan yang diterima dibagi menjadi 2 jenis yaitu, kekerasan berbasis gender verbal dan non – verbal. Berdasarkan pengalaman informan wawancara dalam menonton film kontemporer Indonesia dengan unsur kekerasan berbasis gender dan representasi perempuan, mengetahui apa saja 2 jenis bentuk kekerasan yang muncul di adegan film sebagai berikut; (1) kekerasan berbasis gender secara verbal objektivitas tubuh perempuan, cat calling, penghinaan, penggunaan kata kasar, bullying, merencanakan perjodohan paksa, dsb. (2) kekerasan berbasis gender secara non – verbal: pemukulan, mendorong, pemerkosaan, menyentuh tubuh tanpa izin, pelecehan seksual, pembunuhan, dsb. Tindakan yang dilakukan menurut persepsi mahasiwa dalam pencegahan terjadinya pengaruh buruk dalam menonton film kontemporer Indonesia mengenai kekerasan berbasis gender dan representasi perempuan yaitu; (1) sosialisasi (2) menjadikan edukasi (3) memberikan penjelasan terhadap film (4) bijak dalam menonton.