Penelitian ini fokus pada analisis wacana pada isu atau fenomena menyangkut konflik dan drama di media sosial serta praktik komodifikasi dalam berbagai hal untuk meraup keuntungan dalam lirik lagu “Komodifikasi” karya grup musik .Feast Berawal dari banyaknya produksi konten dan tren yang menimbulkan konflik dan klarifikasi serta drama di media sosial di tahun 2020 hingga saat ini, dipilihlah lagu “Komodifikasi” karena cukup merepresentasikan dan menggambarkan kondisi dari konten dan tren yang tersebar di laman media sosial beserta kebiasaan dan pola konsumsi masyarakat Indonesia dalam mengonsumsi konten. Penelitian ini menggunakan metode analisis wacana kritis Normal Fairclough untuk membaca wacana pesan yang dikomunikasikan perihal isu dan fenomena konflik dan drama di media sosial serta praktik komodifikasi dalam berbagai hal untuk meraup keuntungan. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan teori False- Consiousness dan Society of scpectacle untuk membedah bagaimana praktik komodifikasi dalam konten dan tren media sosial dapat memengaruhi individu untuk berperilaku konsumtif melalui isu yang diangkat dalam lirik lagu tersebut. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa wacana konflik dan drama media sosial beserta praktik komodifikasi ditemukan di media sosial dimana konten-konten yang dibuat dan disiarkan dalam media sosial saat ini dimana apapun yang dimiliki dapat dijual seperti kisah perjuangan atau legenda kehidupan, tentang hubungan keluarga, bisnis, keyakinan beragama, bahkan sampai tentang kisah percintaan dan pernikahan dapat menjadi komoditas untuk diperjualkan ke publik oleh para pelaku konten. Selain itu, terdapat wacana relasi dimana suatu tren media sosial memiliki pengaruh bagi individu untuk berperilaku konsumtif. Dimana praktik hegemoni berupa tindak komodifikasi dalam media sosial secara tidak langsung menciptakan suatu tren melalui beragam konten yang dikonsumsi oleh para penikmat konten dan menciptakan kesadaran palsu bagi para penikmat konten yang dengan sengaja ikut andil dalam penindasan diri mereka sendiri melalui konsumsi konten dan tren tersebut. Selain itu, para penikmat konten telah terstandarisasi oleh tren dan konten yang hadir di media sosial, dan mereka tidak melihat hal lain selain komoditas tersebut karena dunia yang manusia lihat setiap harinya merupakan dunia komoditas.