ABSTRAK

Dwi Putri M.K., PROSES PRODUKSI PESAN KOMUNITAS PEMUDA INSYAF KARANGANYAR (KOPIKA) UNTUK MEREKRUT PEMUDA JALANAN 2024. TESIS. Pembimbing I: Sri Hastjarjo, S.Sos., Ph.D, Pembimbing II: Drs. Yulius Slamet, M.Sc., Ph.D, Program Studi Magister Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. 

Upaya Komunitas Pemuda Insyaf Karanganyar (KOPIKA) untuk merektrut pemuda jalanan tidak sepenuhnya berjalan sebagaimana mestinya. Harapan komunitas agar pemuda jalanan bersedia bergabung menjadi anggota tidak selalu sesuai dengan harapan. Ada beberapa pemuda jalanan yang menolak untuk bergabung menjadi anggota yang menunjukan adanya ketidaksesuaian atau pertentangan antara harapan komunitas dengan pencapaian yang ada dimana hal yang diharapkan (das sein) bertentangan dengan dengan kenyataan (das solen).

Penelitian mengangkat proses produksi pesan menggunakan goal plan action theory  yang mengasumsikan bahwa individu membuat pilihan terhadap pesan yang dihasilkan, dimana pesan dihasilkan melalui tiga langkah yaitu goals, plans dan action. Goal adalah tujuan yang ingin dicapai yang terdiri dari tujuan primer dan sekunder.  Plan diabstraksikan dalam strategi dan taktik, sedangkan action diwujudkan dalam pesan verbal dan nonverbal. Penelitian ini bertujuan menjawab bagaimana dan mengapa proses produksi pesan digunakan KOPIKA untuk merekrut pemuda jalanan. 

Menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus Yin, data penelitian didapatkan dari wawancara mendalam, dokumentasi dan observasi. Teknik Sampling yang digunakan adalah maximum variation sampling. Validitas dan realibilitas menggunakan triangulasi sumber dengan membandingkan antara hasil wawancara, dokumentasi, dan observasi yang dilakukan pada saat penelitian. Adapun teknik analisa data melalu tahapan memeriksa, menyeleksi, mengelompokkan dan menyajikan data yang sudah diperoleh dilapangan. 

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dalam proses produksi pesan,  primary goal adalah  agar pemuda jalanan hijrah, menjadi lebih baik dan kembali kejalan yang benar, sedangkan secondary goal adalah merubah pandangan masyarakat terhadap pemuda jalanan menjadi positif, bisa sholat, baca Al-Qur,an dan  Iqra serta belajar ilmu agama. Penetapan kedua tujuan ini dilandasi dorongan dakwah dan pandangan negatif masyarakat terhadap pemuda jalanan. Secara keseluruhan tujuan primer dan sekunder compatible.

Dalam plan strategi yang dilakukan melalui pendekatan hati ke hati terhadap pemuda jalanan, adapun taktik yang digunakan dengan mengajak melakukan kegiatan bersama pemuda jalanan, merancang program-program untuk pemuda jalanan dan rutin mengajak, mendampingi dan mengingatkan pemuda jalanan untuk mengikuti program tersebut. strategi dan taktik tersebut digunakan karena pemuda jalanan sulit direkrut dengan menggunakan kekerasan fisik karena hal tersebut justru menimbulkan penolakan dari mereka, kebersamaan serta support juga diberikan karena hijrah itu berproses dan tidak instan.  Action terwujud dalam pesan verbal dan nonverbal. Pesan verbal  berupa ajakan disampaikan kepada pemuda jalanan baik langsung ataupun melalui media whatsapp. Pesan nonverbal  berupa intonasi lemah lembut dan volume suara (paralinguistik), ekspresi wajah yang serius namun tanpa intimidasi (fasial), sikap tubuh yang santai dan akrab dengan para pemuda jalanan (postural), penampilan yang menyesuaikan dengan pemuda jalanan (artifaktual) dan tidak adanya jarak antara mereka (proksemik). Penggunaan pesan verbal dan nonverbal tersebut mempertimbangkan validitas dan keseriusan pesan, rasa menghargai dan pengertian, serta lokasi dan kondisi agar mudah diterima oleh pemuda jalanan