Proporsi kelompok tani mandiri di Provinsi Jawa Tengah hanya mencapai 0,8% menunjukkan bahwa perlu adanya peningkatan kinerja penyuluh pertanian dalam pembinaan kelembagaan petani. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan kinerja penyuluh dalam pembinaan kelembagaan petani, sikap pada pekerjaan, masa kerja, dan jenjang penyuluh; serta (2) menganalisis pengaruh sikap pada pekerjaan, masa kerja, dan jenjang penyuluh terhadap kinerja penyuluh dalam pembinaan kelembagaan petani. Penelitian ini enggunakan pendekatan kuantitatif-deskriptif dan dilakukan di enam kabupaten yang dipilih secara multistage sampling dengan sampel 88 penyuluh pertanian yang dipilih secara proportional random sampling. Data dikumpulkan melalui kuesioner dan dianalisis menggunakan regresi logistik ordinal. Hasil menunjukkan bahwa kinerja penyuluh pertanian dalam pembinaan kelembagaan petani tergolong sangat baik. Mayoritas penyuluh memiliki masa kerja 16–20 tahun dan jenjang fungsional dasar hingga menengah. Sikap kognitif dan afektif penyuluh tergolong baik, namun aspek konatif masih tergolong sedang akibat hambatan kelembagaan dan keterbatasan infrastruktur. Secara simultan, sikap, masa kerja, dan jenjang fungsional berpengaruh signifikan terhadap kinerja penyuluh. Namun secara parsial, hanya sikap terhadap pekerjaan yang berpengaruh signifikan. Temuan ini menegaskan pentingnya penguatan kelembagaan dan peningkatan kapasitas penyuluh untuk efektivitas pembinaan kelembagaan petani.