Penelitian ini membahas pengembangan model koordinasi dalam close-loop supply chain (CLSC) antara pemanufaktur dan pengecer, dengan fokus pada proses daur ulang melalui remanufacturing dan refurbishing. Model ini dirancang dengan mempertimbangkan empat variabel keputusan, yaitu green technology level, harga jual online oleh pemanufaktur, harga jual oleh pengecer, dan tingkat pengumpulan barang bekas (collection rate). Dua skenario koordinasi dianalisis, yaitu kebijakan terpusat (centralized policy) dan kebijakan terdesentralisasi (decentralized policy) yang dilengkapi dengan kontrak GRIS (Green Revenue & Investment Sharing). Hasil analisis numerik menunjukkan bahwa kebijakan terpusat memberikan keuntungan yang lebih besar dan mendorong green technology yang lebih tinggi. Di sisi lain, kebijakan terdesentralisasi menunjukkan harga jual online dan tingkat pengumpulan yang lebih tinggi. Penggunaan kontrak GRIS terbukti mampu meningkatkan kerja sama antara pihak-pihak dalam skenario desentralisasi, sehingga menghasilkan efisiensi sistem yang lebih baik.