Pendahuluan: COVID-19 masih menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia, salah satu penyebabnya karena belum ada terapi spesifik. Salah satu pendekatan terapi yang diberikan adalah vitamin C, vitamin C dapat memodulasi sel imun dan sitokin sehingga menurunkan inflamasi. Penanda inflamasi sistemik pada pasien COVID-19 berupa peningkatan rasio neutrofil-limfosit (RNL). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kadar asupan vitamin C dengan penurunan RNL pada pasien COVID-19.

Metode: Analisis observasional dengan rancangan cross-sectional terhadap 30 pasien yang pernah dirawat COVID-19 di RS UNS. Data vitamin C didapatkan dari injeksi IV, suplementasi, dan makanan pasien, sedangkan data RNL dari hasil pemeriksaan darah pasien. Survei konsumsi pangan dilakukan dengan pengisian formulir Food Frequency Questionnaire (FFQ). Subjek dikelompokkan berdasarkan usia, derajat gejala, dan komorbid. Analisis data menggunakan Uji Pearson Product Moment (?=0,05).

Hasil:  Terdapat hubungan yang bermakna (p=0,009) antara kadar asupan vitamin C dengan penurunan RNL pada pasien COVID-19 tanpa komorbid dengan  kekuatan korelasi sedang (r=0,598). Akan tetapi pada pasien dengan komorbid diabetes melitus (DM) dan hipertensi, hubungan tersebut tidak searah dan tidak signifikan (p>0,05, r=-0,374 dan -0,624). Selain itu, faktor usia dan derajat gejala COVID-19 mempengaruhi hubungan kedua variabel namun tidak signifikan (p>0,05).

Simpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara kadar asupan vitamin C dengan penurunan RNL pada pasien COVID-19 tanpa komorbid. Semakin tinggi kadar asupan vitamin C, maka semakin tinggi penurunan RNL nya.