Dalam penanganan kasus kekerasan dan eksploitasi seksual anak, Pemerintah Kota Surakarta khususnya UPT PTPAS tidak bisa berjalan sendiri. Pemerintah perlu melakukan kemitraan program dengan pihak lain. Salah satu kemitraan yang dilakukan oleh UPT PTPAS adalah bermitra dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Namun, setelah dilakukan kemitraan, ternyata kasus kekerasan pada anak masih cukup banyak. Apakah UPT PTPAS sudah melakukan kemitraan dengan maksimal serta bagaimana proses kemitraan yang dilakukan oleh PTPAS dengan LSM dalam implementasi kebijakan penanggulangan kekerasan seksual anak dilihat dari perspektif model kemitraan? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari tahu proses kemitraan yang dilakukan oleh PTPAS dengan LSM dalam mengimplementasikan kebijakan penanggulangan kekerasan seksual anak sehingga nantinya dapat diketahui model kemitraan yang dilakukan antara PTPAS dengan Lembaga Swadaya Masyarakat tersebut.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.   Data   primer   diperoleh   dari   hasil   wawancara   dengan   informan, sedangkan  data  sekunder  diperoleh  dengan  teknik  pengumpulan  data dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerja sama tersebut meliputi pencegahan, penanganan, dan perlindungan terhadap korban kekerasan. Semua pihak saling memahami makna tujuan dan substansi dari kemitraan. Manfaat yang diterima yaitu, jaringan, relasi, percepatan dan bantuan pelayanan. Kemitraan belum mencapai pada tindak lanjut untuk memisahkan diri dan mengembangkan potensinya masing-masing. Pada bab akhir, kemitraan tersebut menerapkan model synergistic partnership dan telah saling memberikan manfaat, walaupun tujuan kemitraan masih perlu dilakukan pengoptimalan.

Kata kunci: kemitraan, PTPAS, LSM, kekerasan, anak.