Latar Belakang. Quarter-life crisis adalah individu yang pada periode emerging adulthood tanpa henti mempertanyakan masa depan, bingung dalam menghadapi masalah, dan banyak merefleksikan masa lalu untuk melihat hidupnya hingga saat ini apakah sesuai dengan kehidupan yang diimpikan. Krisis ini intens terjadi pada usia dua puluhan dan sering terjadi pada seseorang yang berada pada fase peralihan dari masa pendidikan ke jenjang karier selanjutnya, contohnya mahasiswa tingkat akhir. Oleh karena itu diperlukan cara menurunkan dampak negatif yang muncul, salah satunya dengan mengetahui lebih dalam situasi yang terjadi dengan membuka diri atau self-disclosure. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara self-disclosure dengan quarter-life crisis pada mahasiswa tingkat akhir.

Metode. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional yang dilaksanakan secara daring. Subjek pada penelitian ini adalah mahasiswa psikologi UNS angkatan 2018 yang berjumlah 46 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Tingkat self-disclosure diukur dengan pengisian kuesioner Self-disclosure, sedangkan derajat quarter-life crisis dengan kuesioner Quarter-life Crisis. Data yang didapatkan kemudian dianalisis dengan Uji Korelasi Spearman.

Hasil. Penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dan bersifat negatif antara tingkat self-disclosure dan quarter-life crisis (sig f=0,049)

Simpulan. Berdasarkan hasil penelitian ini terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat self-disclosure dan quarter-life crisis pada mahasiswa Psikologi UNS angkatan 2018 dengan kekuatan lemah, yang mana semakin tinggi tingkat self-disclosure semakin rendah derajat quarter-life crisis.