Lele mutiara (Clarias gariepinus) merupakan varietas baru yang unggul. Lendir lele terdapat kandungan protein berupa peptida antimikrobial yang terdiri dari lysozyme, lectins, flavoenzyme, hepcidin, claricin dan gelatinimmunoglobulin yang mampu membentuk jaringan baru pada jaringan yang rusak serta mampu menekan pertumbuhan bakteri gram negatif dan positif.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan sampel lendir, mengetahui pengaruh sensitifitas dan variasi optimum sampel lendir lele mutiara (Clarias gariepinus) terhadap pertumbuhan bakteri MRSA (Methicillin Resistant Staphylococcus aureus) dan bakteri Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853. Dalam penelitian ini menggunakan metode sumuran. Dengan dua macam sampel yaitu sampel lendir murni dan sampel lendir yang diekstraksi menggunakan asam asetat 3% terbagi dalam 3 variasi yaitu 1:1, 2:1 dan 4:1 dengan lima variasi konsentrasi (20%,40%,60%,80%,100%). Masing-masing terdapat perlakuan kontrol positif (Antibiotik) dan negatif (aquades + asam asetat 3%). Zona hambat yang terbentuk setelah diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 37ºC kemudian diukur menggunakan jangka sorong. Data yang diperoleh dianalisis statistik menggunakan Analysis of Variance One-Way (ANOVA).
Hasil dari penelitian ini yaitu lendir lele mutiara (Clarias gariepinus) tidak berpengaruh pada pertumbuhan bakteri MRSA dan Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 namun peran dari asam asetat 3% sebagai bahan pengekstraksi menyebabkan munculnya zona hambat. Diameter zona hambat pada bakteri Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 lebih besar dibandingkan bakteri MRSA (Methicillin Resistant Staphylococcus aureus). Variasi sampel 1:1 dan 2:1 optimum untuk bakteri MRSA (Methicillin Resistant Staphylococcus aureus) dan bakteri Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853.</p>

 </p>