Korban kekerasan seksual seringkali mendapatkan stigma negatif dari 
lingkungan keluarga, pertemanan, dan masyarakat. Hal inilah yang membuat 
korban kekerasan seksual seringkali memilih bungkam atas apa yang terjadi pada 
dirinya sebab mereka mengalami banyak penderitaan yang memberikan imbas 
pada aspek kehidupannya, seperti aspek fisik, psikis, dan dari lingkungan sosial 
sekitarnya. Melalui film pendek “Asa” karya Rifka Annisa Women’s Crisis 
Center, Onomastika Films, dan Rutgers WPF, peneliti ingin meneliti tentang
imbas apa saja yang terjadi pada korban kekerasan seksual yang direpresentasi 
oleh tokoh utama film sebagai korban kekerasan seksual serta para tokoh lain 
yang ikut andil di dalamnya.
Pesan dalam film pendek “Asa” merupakan kajian komunikasi yang 
dianalisis untuk melihat pesan apa saja yang terkandung dalam film ini. Teori 
komunikasi yang digunakan berasal dari tokoh Harold D. Laswell tentang model 
komunikasi berupa “who said, what in which channel, to who, and with what 
effect”. Media film merupakan salah satu media komunikasi massa lainnya yang 
memiliki pesan yang dapat menjadi media pembelajaran cerita film yang 
ditampilkan oleh pembuat film sebagai komunikator kepada penonton film yang 
berperan sebagai komunikan atau penerima pesan.
Penelitian ini dianalisis dengan metode penelitian analisis wacana kritis 
Sara Mills yang akan mengkaji representasi atau penggambaran dampak, dampak 
atau pengaruh kekerasan seksual terhadap korban dari tiga posisi yaitu posisi 
subjek, objek, dan penonton. hadirin). Peneliti memilih adegan (scene) dan dialog 
antar tokoh yang menunjukkan kriteria dampak kekerasan seksual yang terjadi 
pada korbannya. Tahap selanjutnya akan menganalisis adegan dan dialog 
menggunakan teori analisis wacana kritis Sara Mills dengan melihat posisi subjek, 
objek, dan film-film buatan film dalam film pendek “Asa”. Langkah terakhir 
adalah membuat kesimpulan berdasarkan hasil penelitian.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ditemukan bahwa posisi 
subjek (pendongeng) adalah tokoh utama film (Shinta). Sedangkan posisi objek 
(diceritakan) ada beberapa karakter yaitu pacar Shinta (Alex), teman Shinta 
(ayunan), orang tua Shinta (ayah dan ibu), dan teman sekolah Shinta. Posisi 
penonton merupakan hasil saran dari pembuat film yang menampilkan sudut 
pandang representasi yang dapat membuat penonton merasakan dan menyelami 
segala sesuatu yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi oleh karakter utama 
sehingga mereka dapat lebih memahami penderitaan yang dialami oleh korban 
kekerasan seksual.
Kata kunci: Korban, Kekerasan Seksual, Imbas, Analisis Wacana Kritis, Film.