Pemerintah Pusat melalui Kemendag RImemberikan solusi berupa penyelenggaraan Pasar Lelang Komoditas (PLK) yang diawasi dan dibina oleh BAPPEBTI untuk memperpendek mata rantai perdagangan dengan mendekatkan konsumen dan produsen. Namun masih terdapat banyak kendala pada pra, proses, dan pasca lelang. Kabupaten Magetan merupakan peserta PLK di Jawa Timur. Pengadaan mesin untuk komoditas lelang merupakan strategi mengatasi permasalahan lelang di Kabupaten Magetan yang sesuai dengan rencana strategis Dinas Tanaman Pangan Holtikultura Perkebunan dan Tanaman Pangan Holtikultura (TPHPKP) dengan meningkatkan mutu atau kualitas komoditas melalui perlakuan pasca panen sehingga dapat menambah nilai jual. Untuk dapat menjalankan fasilitasi tersebut butuh adanya subsidi dana lain, alat bantu untuk menentukan nominal dana, lokasi peletakan mesin, dan studi kelayakan. Penelitian ini mengusulkan adanya tindaklanjut mengenai pengadaan mesin untuk komoditas lelang, yaitu dengan adanya subsidi dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dari pemerintah dan dari perusahaan sebagai bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) nya, merumuskan model alokasi dana dengan goal programming (GP) sebagai alat bantu pengambilan keputusan berdasarkan skenario, menentukan lokasi peletekan mesin dan studi kelayakan untuk dapat mengoptimasi fasilitasi ini. Berdasarkan survey, wawancara, dan penelitian terdahulu data penelitian diolah menggunakan Microsoft Excel dan ILOG CPLEX. Penelitian ini memilih skenario tiga sebagai skenario yang optimal karena dengan nominal subsidi dana yang lebih kecil dari skenario satu dan dua, namun menghasilkan keputusan opsi mesin pada setiap fungsi peningkatan kualitas dengan nilai deviasi manfaat positif Rp. 20.014.000. Penelitian ini berhasil merumuskan model alokasi dana sebagai alat bantu pengambilan keputusan nominal dana dan opsi mesin, menentukan lima lokasi peletakan mesin dan menyatakan kelayakan model alokasi dana dengan nilai Benefit Cost Ratio 1,49. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mempertimbangkan biaya konsumsi energi pada penggunan mesin berikutnya, mempertimbangkan bentuk aset desa sebagai kandidat lokasi peletakan mesin, dan menghitung parameter studi kelayakan lainnya.