ABSTRAK

Latar Belakang: Penyimpangan seksual berisiko pada remaja merupakan kebiasaan yang mencakup berhubungan seksual pada usia dini, penggunaan kondom yang tidak konsisten, memiliki pasangan seksual lebih dari satu atau menjadi pekerja seks komersial. Komunikasi orang tua dengan anak memegang peranan penting dalam membina hubungan keduanya serta orang tua yang kurang bisa berkomunikasi  dengan anaknya akan menimbulkan konflik hubungan sehingga dapat berdampak pada perilaku seksual remaja. Hal tersebut dapat dicegah untuk menghindari dampak dari perilaku berisiko seksual. Salah satu cara pencegahan adalah dengan adanya pemantauan orang tua dan komunikasi orang tua. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi besarnya pengaruh pemantauan orang tua dan komunikasi orang tua terhadap perilaku berisiko seksual pada remaja berdasarkan hasil penelitian primer.

Subjek dan Metode: Penelitian ini merupakan tinjauan studi meta-analisis dan artikel ini didapatkan dari database yaitu PubMed, Google Scholar, Elsevier, Spinger Link dan Science Direct. Artikel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu artikel yang dipublikasikan dari tahun 2012-2022. Pencarian artikel dilakukan dengan mempertimbangkan kriteria kelayakan yang didefinisikan menggunakan model PICO yaitu P: Remaja, I: Pemantauan orang tua dan komunikasi orang tua C: Tanpa pemantauan orang tua dan tanpa komunikasi orang tua O: Perilaku berisiko seksual. Artikel yang termasuk dalam penelitian ini adalah artikel full text dengan desain studi crossectional. Artikel ini dianalisis menggunakan aplikasi Review Manager 5.3.

Hasil: Sebanyak 17 studi cross-sectional dari 5 benua Amerika, 1 benua Eropa, 2 benua Asia dan 9 benua Afrika dengan besar sample 13,404. Hasil meta-analisis menunjukkan bahwa remaja dengan pemantauan orang tua menurunkan perilaku seksual berisiko 0.84 kali dibandingkan tanpa pemantauan orang tua, namun pengaruh tersebut secara statistik tidak signifikan (aOR=0.84; CI 95%=0.61-1.17; p=0.300), remaja tanpa komunikasi orang tua memiliki kemungkinan untuk berperilaku seksual berisiko 1.26 kali dibandingkan dengan remaja yang berkomunikasi dengan orang tua (aOR=1.26; CI 95% 0.81-1.95; p=0.310) yang secara statistik tidak signifikan. Hasil penelitian pada pemantauan orang tua menunjukkan bahwa terdapat heterogenitas yang tinggi (I2=74%; p=0.001) dan komunikasi orang tua (I2=90%; p<0>forest plot menggunakan random effect model.

Kesimpulan: Pemantauan orang tua dan komunikasi orang tua tidak berpengaruh terhadap perilaku berisiko seksual pada remaja.