Keberadaan informed consent berguna bagi tenaga medis, dan pasien untuk
memberikan perlindungan hukum bagi tindakan kedokteran yang akan dilakukan,
inform consent yang bermacam-macam dibutuhkan untuk pasien yang akan
menjalani tindakan pembiusan berisiko tinggi. Tujuan penelitian ini adalah
menemukan alasan implementasi informed consent yang belum dapat
memberikan perlindungan hukum bagi pasien pada tindakan pembiusan berisiko
tinggi; dan merumuskan implementasi ideal informed consent dalam memberikan
perlindungan hukum bagi pasien pada tindakan pembiusan berisiko tinggi.
Metode pendekatan yang digunakan adalah yuridis empiris yakni penelitian
yang dilakukan terhadap keadaan sebenarnya atau keadaan nyata yang telah
terjadi di masyarakat dengan maksud dengan mengetahui dan menemukan faktafakta
dan data yang dibutuhkan dengan metode wawancara untuk mendapatkan
data primer yang akan di teliti serta di lengkapi dengan studi dokumen (studi
kepustakaan) dan analisis data dilakukan secara kualitatif.
Hasil penelitian ditemukan informed consent bagi pembiusan berisiko
tinggi sangat penting peranannya untuk memberikan perlindungan hukum bagi
pasien pada tindakan pembiusan berisiko tinggi, yang menyebabkan
implementasi informed consent belum dapat memberikan perlindungan hukum
dikarenakan tiga faktor utama yaitu peran dokter anestesi selaku pemberi
informed consent dan peran pasien atau keluarga sebagai penerima informed
consent, serta peran Rumah Sakit sebagai regulator dan supervisi. Implementasi
informed consent yang ideal harus dapat dituangkan secara tertulis sesuai
peraturan perundang-undangan serta terwujud dalam standar prosedur
operasional tindakan pembiusan risiko tinggi di dalam rumah sakit, seluruh
informasi harus dijelaskan sedetail mungkin baik kepada pasien maupun wali
yang telah diatur oleh undang-undang