Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan dan menjelaskan: 1) persepsi guru terhadap kurikulum merdeka, 2) karakteristik perangkat pembelajaran yang dibuat guru, 3) implementasi modul ajar laporan hasil observasi, 4) hambatan implementasi modul ajar laporan hasil observasi, dan 5) solusi untuk mengatasi hambatan implementasi modul ajar laporan hasil observasi kurikulum merdeka yang dilakukan guru Bahasa Indonesia di SMA Negeri 6 dan SMA Negeri 7 Surakarta.

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif studi kasus tunggal terpancang. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 6 dan 7 Surakarta pada semester ganjil tahun pelajaran 2022/2023. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan dari bulan Oktober 2022 hingga bulan Maret 2023. Subjek pada penelitian ini adalah guru, wakil kepala sekolah, kepala sekolah, dan peserta didik kelas X E-6 dan X-E. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi observasi, wawancara, dan analisis dokumen. Peneliti menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi metode untuk memvalidasi hasil penelitian sehingga menghasilkan temuan terhadap implementasi kurikulum merdeka mata pelajaran Bahasa Indonesia materi Laporan Hasil Observasi.

Hasil penelitian disimpulkan bahwa: 1) 100% guru Bahasa Indonesia di SMA Negeri 6 dan 7 Surakarta memiliki pemahaman yang sesuai dengan Kurikulum Merdeka karena telah dibekali oleh berbagai pelatihan, meskipun ada beberapa komponen modul ajar yang perlu ditingkatkan kembali pemahamannya, 2) karakteristik perangkat pembelajaran modul ajar Kurikulum Merdeka memuat komponen-komponen yang sesuai dengan panduan dari Kemdikbud; 3) pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia materi Laporan Hasil Observasi (LHO) di SMA Negeri 6 dan 7 Surakarta dilaksanakan sesuai modul ajar dengan menerapkan secara eksplisit Profil Pelajar Pancasila sebagai ciri khas Kurikulum Merdeka; 4) kendala dalam implementasi Kurikulum Merdeka diantaranya: guru masih kesulitan dalam menerapkan pembelajaran berdiferensisiasi dan asesmen diagnostik; beberapa peserta didik belum fokus pada pembelajaran, terbatasanya biaya yang tersedia untuk pengadaan sarana dan prasarana, seperti pembelian buku teks, buku teks yang digunakan masih terbatas, dan sarana dan prasarana wifi yang tidak dapat maksimal digunakan; serta 5) upaya dalam mengatasi kendala yang dihadapi guru dalam implementasi Kurikulum Merdeka diantaranya: guru berdiskusi dalam komunitas belajar yang dibentuk sekolah baik komunitas belajar/FGD/MGMP dan membuka kembali penerapan pembelajaran berdiferensiasi melalui aplikasi PMM, menggunakan metode pembelajaran yang menarik peserta didik, meminimalisasi penggunaan dana BOS sehingga dapat semua kegiatan di Kurikulum Merdeka tercapai, mengoptimalkan buku teks dan e-book yang ada, dan memperlancar wifi yang ada di sekolah.