Neuropati diabetik merupakan komplikasi yang paling sering ditemui pada pasien dengan DM.  Neuropati diabetik adalah adanya gejala dan/ atau tanda dari disfungsi saraf perifer dari pasien DM tanpa ada penyebab lain selain keadaan diabetes. Berdasarkan data Diabetes Control and Complication Trial (DCCT) didapatkan data bahwa setiap 7% pasien yang didiagnosis dengan DM mengalami neuropati serta insidensinya mendekati 50% pada pasien yang menderita DM selama 25 tahun atau lebih. Gejala neuropati bervariasi dari perubahan sensorik (nyeri, parastesia, dan hipestesia), kelemahan motorik dan gejala otonom. Distal symmetric polyneuropathy (DSPN) adalah sindrom klinis neuropati yang paling sering dialami oleh penderita diabetes. DSPN menyumbang 75?ri seluruh penderita neuropati diabetik. Saraf sensorik maupun motorik dapat terlibat. 

Studi sebelumnya melaporkan bahwa sensasi nyeri pada DSPN atau yang dikenal sebagi nyeri neuropati diabetik mengakibatkan masalah tidur dan rasa sakit yang lebih parah dan kualitas tidur menjadi lebih buruk. PDPN berkembang dengan latar belakang hiperglikemia berkepanjangan yang terkait dengan berbagai kelainan, seperti faktor sensorik yang menyakitkan. PDPN juga dapat menyebabkan kualitas tidur yang buruk pada pasien Diabetes Melitus. Penderita diabetes tipe 2 dengan komplikasi PDPN berisiko lebih tinggi mengalami gangguan tidur terutama penurunan efisiensi tidur, fragmentasi tidur, dan hipoksia nokturnal yang sering terjadi (Choi et al., 2020).

Berdasarkan latar belakang tersebut, dan belum adanya penelitian sejenis di RSUD Dr. Moewardi Surakarta, peneliti ingin melakukan penelitian tentang hubungan antara lama menderita nyeri neuropati diabetik dengan kualitas tidur PSQI pada pasien Diabetes Melitus di Poli Saraf RS Dr. Moewardi Surakarta.