Tujuan penelitian ini untuk menjelaskan secara detail konflik antar umat beragama di Kampung Pancasila, penyebab konflik, dampak konflik, peran pemerintah desa dan warga dalam menangani konflik serta menjaga kerukunan antar umat beragama di Kampung Pancasila Kwangenrejo. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan model penelitian studi kasus dan menggunakan dua teori yaitu teori konflik Ralf dahrendorf dan teori fungsionalisme struktural Talcott parsons. Hasil penelitian menunjukan bahwa terjadi konflik antar umat beragama di
Kampung Pancasila Kwangenrejo, di antaranya adalah mengganti nama kampung menjadi Kampung Muallaf, pro kontra pembangunan masjid baru, pemisahan makam Islam dan Kristen, adanya rasa iri salah satu golongan. Konflik terjadi karena beberapa sebab yaitu berdirinya Muallaf Center Bojonegoro, hoaks dan pengaruh tokoh Islam luar desa, kurangnya koordinasi antar tokoh agama dan tumbuhnya sikap intoleransi beragama. Berbagai dampak dirasakan masyarakat baik dampak negatif maupun positif. Dampak negatif adalah disharmonisasi antar tokoh agama, munculnya prasangka antar golongan. Dampak positif adalah menguatnya soliditas masing-masing golongan, dan lebih bijak dalam berinterkasi. Konflik membuat pemerintah desa dan warga berupaya menangani konflik dan menjaga kerukunan antar umat beragama, pemerintah desa melakukan Musyawarah dengan seluruh stakeholder, memberikan jalan tengah / win-win solution pada sumber konflik, memberikan pengawasan dan perhatian khusus pada Kampung Pancasila Kwangenrejo, merevitalisasi budaya gotong royong di Kampung Pancasila Kwangenrejo, menjaga netralitas dalam praktek kebijakan dan mengakomodir kepentingan minoritas, menginisiasi wisata toleransi beragama, dan membentuk FKUB (forum komunikasi antar umat beragama. Selain peran dari pemerintah desa, peran warga dalam menangani konflik dan menjaga kerukunan antar umat beragama juga tidak kalah penting yaitu melibatkan pemerintah sebagai pihak penengah, konsultasi dengan pihak yang berkompeten, menangani konflik secara cepat, memindahkan sekretariat dan menurunkan intensitas Muallaf center, menerapkan sikap tenggang rasa antar golongan, dan menjunjung tinggi nilai-nilai persaudaraan sesama manusia.