Budidaya monosex menggunakan teknik sex reversal dapat mengarahkan jenis kelamin ikan ke arah yang diinginkan. Maskulinisasi ikan nila menggunakan bahan alami dapat menjadi alternatif dari penggunaan hormon sintetik karena sifatnya yang lebih ramah lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan kandungan dalam air kelapa dan madu yang dapat mengarahkan produksi hormon testosteron menjadi lebih dominan, sehingga akan meningkatkan persentase jenis kelamin jantan pada ikan nila. Ikan nila jantan memiliki massa tubuh yang cenderung lebih besar dibandingkan ikan nila betina sehingga peningkatan jumlah ikan nila jantan dapat meningkatkan produktivitas.

Penelitian dilakukan pada bulan Maret hingga Juni 2023 di Balai Benih Ikan (BBI), Janti, Klaten. Terdapat total 6 perlakuan yang diujikan, termasuk kontrol (P1), air kelapa 300 ml/l (P2), madu 15 ml/l (P3), air kelapa 150 ml/l dan madu 7,5 ml/l (P4), air kelapa 200 ml/l dan madu 22,5 ml/l (P5) serta air kelapa 450 ml/l dan madu 10 ml/l (P6). Larva ikan nila berumur 7 hari direndam dalam larutan konsentrasi selama 10 jam, kemudian ditebar dalam kolam berisi air biasa dan dipelihara selama 90 hari serta pemberian makan setiap pagi, siang dan sore secara adlibitum. Ikan nila yang sudah dipelihara selama 90 hari akan diseleksi berdasarkan jenis kelamin untuk menghitung persentase jenis kelamin jantan, serta dilakukan pembedahan sampel ikan nila jantan dan betina masing-masing untuk mengamati perbedaan struktur gonad jantan dan betina secara langsung maupun di bawah mikroskop. Kualitas air yang digunakan selama pemeliharaan ikan nila juga diukur yang meliputi parameter suhu, DO, pH, ammonia, nitrit, serta fosfat yang dapat memengaruhi kualitas hidup dari ikan nila. 

Hasil perendaman selama 10 jam tidak menghasilkan perbedaan persentase jantan maupun kelangsungan hidup yang signifikan antar perlakuan yang berbeda. Rata-rata bobot ikan nila jantan dan betina tidak menunjukan perbedaan yang signifikan pada usia 3 bulan.