Jagung manis (Zea mays saccharata) banyak dikonsumsi karena  rasanya yang  manis dan teksturnya yang lembut, dapat di konsumsi langsung dan dalam berbagai  olahan makanan. Tanah Vertisol,  banyak digunakan untuk budidaya jagung manis. Tanah tersebut memiliki kandungan bahan organik dan unsur hara yang rendah , serta tidak tersedia karena terikat oleh partikel tanah berliat (clay). Pemupukan merupakan alternatif untuk memperbaiki keharaan tanah serta pertumbuhan tanaman.  Pupuk anorganik Adanya permasalahan tersebut diperlukan masukan berupa pupuk organik berupa pupuk kandang yang dikombinasikan dengan pupuk anorganik. Pemberian pupuk kandang saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan unsur hara pada tanaman jagung manis karena kandungan unsur haranya relatif sedikit dan pupuk kandang tidak tersedia dalam jumlah besar yang diperlukan.  pengaplikasian kombinasi pupuk kandang dan pupuk anorganik mungkin merupakan pilihan yang lebih baik untuk menyinkronkan pelepasan unsur hara dengan kebutuhan tanaman. Pemberian pupuk anorganik yang dikombinasikan dengan pupuk kandang mampu mendukung akumulasi karbon tanah dalam jangka panjang dan membantu memperbaiki sifat fisik, kimia, biologi tanah yang mana dapat meningkatkan ketersediaan hara bagi tanaman. Pengunaan pupuk anorganik dilakukan karena dapat menyuplai ketiga unusr hara seperti nitrogen, fosfor, dan kalium dengan perbandingan tertentu.. Kombinasi pupuk anorganik dan pupuk kandang dengan dosis yang tepat dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman jagung. Penelitian dilaksanakan di Desa Sidokerto, Kecamatan Plupuh, Kabupaten Sragen dan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah serta Laboratorium Fisika dan Konservasi Tanah, Fakultas Pertanian UNS pada bulan Maret 2023 hingga Agustus 2023. Penelitian ini dilakukan menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dengan 9 perlakuan yang diulang sebanyak 3 kali. Macam perlakuan yang diberikan yaitu A) kontrol, B) NPK Campuran (349,5 kg/ha pupuk Urea, 180 kg/ha pupuk SP-26, 75 kg/ha pupuk KCl), C) 2000 kg/ha pupuk organik, D) ¼ NPK + 2000 kg/ha pupuk organik, E) ½ NPK + 2000 kg/ha pupuk organik, F) ¾ NPK + 2000 kg/ha pupuk organik, G) 1 NPK + 2000 kg/ha pupuk organik, H) ¾ NPK + 1000 kg/ha pupuk organik, dan I) ¾ NPK + 1500 kg/ha pupuk organik. Variabel pengamatan yang diamati berupa C-Organik (metode Walkey and Black), KTK (metode Ekstraksi amonium asetat), N-Total tanah (metode Kjeldahl), P-Tersedia (metode Olsen), K-Tersedia (metode Pengekstrakan HCl 25%), Klorofil (metode Spektrofotometri Absorbsi), N-Jaringan (metode Kjeldahl), P-Jaringan (metode Pengabuan basah), K-Jaringan (metode Pengabuan basah). Hasil jagung manis seperti berat tongkol berkelobot, diameter tongkol, dan panjang tongkol. Analisis data menggunakan uji Anova dengan taraf kepercayaan 95% yang dilanjutkan dengan uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) dan uji korelasi Pearson.

Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan dosis ¾ NPK + 1500 kg/ha pupuk organik (I) menghasilkan N-Total sebesar 38%, P-Tersedia meningkat sebesar 40%, K-Tersedia meningkat sebesar 57%, Klorofil meningkat sebesar 29%, berat tongkol berkelobot meningkat sebesar 31%, panjang tongkol meningkat sebesar 48%, dan diameter tongkol meningkat sebesar 29% terhadap perlakuan NPK Standar.