Simulasi program breeding dilakukan untuk mengoptimalkan hasil skenario program breeding sebelum diterapkan langsung di lapangan. Simulasi dilakukan pada populasi sapi jantan sebanyak 10 ekor dan sapi betina 300 ekor. Skenario program breeding dijalankan dengan enam intensitas seleksi yang berbeda yaitu: S1 (1% jantan dan 25?tina), S2 (1% jantan dan 50?tina), S3 (5% jantan dan 25?tina), S4 (5% jantan dan 50?tina), S5 (20% jantan dan 25?tina), dan S6 (20% jantan dan 25?tina). Data yang digunakan meliputi Yearling Weight Average (YWA) dan Pertambahan Berat Badan Harian (PBBH) dari BPTU-HPT Denpasar. Output dari simulasi berupa respon seleksi dan laju inbreeding pada tiap skenario. Hasil respon seleksi untuk YWA dan PBBH masing-masing skenario yaitu: S1 (620 g; 1,46 g), S2 (272 g; 0,64 g), S3 (539 g; 1,27 g), S4 (232 g; 0,55 g), S5 (438 g; 1,03 g), dan S6 (181 g; 0,43 g). Laju inbreeding yang dihasilkan yaitu: S1 (1,75%), S2 (1,63%), S3 (1,62%), S4 (1,51%), S5 (1,50%), dan S6 (1,40%). Hasil simulasi menunjukkan bahwa semakin tinggi intensitas seleksi, semakin tinggi pula respon seleksi dan laju inbreeding. Oleh karena itu, skenario S1 dinilai paling optimal untuk diterapkan di lapangan karena memberikan total respon seleksi hingga batas generasi ke tujuh sebesar 4.338 g (YWA) dan 10,22 g (PBBH).