“Tahok: Akulturasi Rasa di Simpang Budaya” adalah film dokumenter bergaya observasional yang mengangkat Kuliner Tradisional Tionghoa sebagai cerminan akulturasi budaya di Kota Surakarta. Lewat dokumenter ini, penulis ingin menunjukkan bahwa makanan tradisional seperti Tahok tidak hanya mengandung cita rasa, tetapi juga menyimpan nilai sejarah, identitas budaya, dan makna emosional yang melintasi batas etnis. Proyek ini dibuat dengan harapan dapat memperkenalkan kembali kekayaan kuliner lokal kepada generasi muda dan mengajak penonton untuk lebih peduli terhadap keberagaman budaya yang hidup berdampingan di masyarakat. Penulis berperan sebagai Director of Photography (DoP) dan Editor, bertanggung jawab atas keseluruhan visual serta penyusunan narasi film dalam proses produksinya.Sebagai DoP, penulis mengambil peran penting dalam menangkap momen-momen yang otentik di lapangan melalui komposisi gambar, pencahayaan alami, dan pergerakan kamera yang mendukung cerita. Sementara sebagai Editor, penulis menyusun ulang potongan-potongan visual tersebut menjadi alur cerita yang utuh dan emosional, serta menambahkan elemen suara, koreksi warna, dan ritme penyuntingan yang menyatu dengan nuansa budaya yang diangkat. Melalui pendekatan visual yang kuat dan penyuntingan yang naratif, film ini mampu menyampaikan pesan budaya dengan cara yang lebih halus namun tetap membekas di benak penonton.Laporan ini mencoba menjelaskan bagaimana peran sinematografi dan editing tidak hanya berfungsi sebagai pelengkap teknis, tetapi juga sebagai jembatan dalam menghidupkan cerita dan menyampaikan pesan film secara efektif. Diharapkan karya ini bisa menjadi kontribusi kecil dalam pelestarian kuliner tradisional dan memperkuat kesadaran akan pentingnya menjaga warisan budaya melalui media visual.Kata Kunci : Akulturasi Budaya, Director of Photography, Editor, Film Dokumenter, Tahok