Perkembangan teknologi digital mendorong terbentuknya cashless society, dengan QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) sebagai salah satu sistem pembayaran digital yang populer di kalangan Generasi Z. Kehadiran QRIS memengaruhi perilaku konsumsi Gen Z di ruang konsumsi modern seperti Solo Paragon Lifestyle Mall. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis alasan penggunaan QRIS, bentuk perilaku konsumsi, serta dampaknya terhadap Generasi Z. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara dan dokumentasi. Informan dalam penelitian ini terdiri dari pelajar dan mahasiswa Gen Z, karyawan senior Solo Paragon Lifestyle Mall, serta orang tua/wali. Penelitian ini menggunakan teori Tindakan Sosial Max Weber, McDonaldisasi George Ritzer, dan Masyarakat Konsumsi Jean Baudrillard untuk menganalisis bagaimana perilaku konsumsi Gen Z dalam menggunakan QRIS di Solo Paragon Lifestyle Mall. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor kemudahan, kecepatan, keamanan, serta keuntungan finansial seperti diskon dan cashback hingga bebas biaya administrasi menjadi alasan utama penggunaan QRIS. Sistem pembayaran ini mendorong munculnya perilaku konsumsi impulsif, terutama pada produk kuliner yang lebih didorong oleh keinginan daripada kebutuhan. Selain itu, penggunaan QRIS juga meningkatkan frekuensi konsumsi, menimbulkan kecenderungan boros, rasa penyesalan paska belanja, hingga munculnya ketergantungan terhadap sistem pembayaran digital. Berdasarkan analisis teori, perilaku konsumsi Gen Z dalam menggunakan QRIS dapat dijelaskan melalui teori Weber, Ritzer, dan Baudrillard. Menurut Weber, perilaku konsumsi Gen Z dalam menggunakan QRIS mencakup rasionalitas instrumental (pilihan sadar menggunakan QRIS karena praktis, aman, dan mendukung konsumsi produk seperti skincare dan fashion), rasionalitas nilai (identitas Gen Z sebagai generasi digital dan konsumsi produk bernilai pengembangan diri), tindakan tradisional (QRIS menjadi kebiasaan dan tradisi pemberian hadiah), serta tindakan afektif (tergoda promo dan pembelian produk viral). Melalui teori McDonaldisasi Ritzer, konsumsi Gen Z dalam menggunakan QRIS mencerminkan efisiensi (transaksi cepat), kalkulabilitas (pembelian kecil berulang demi promo), prediktabilitas (sistem pembayaran seragam), dan kontrol (pembayaran otomatis yang tertib). Sementara itu, teori masyarakat konsumsi Baudrillard menunjukkan bahwa perilaku konsumsi Gen Z berorientasi pada citra dan hasrat di mana Solo Paragon Lifestyle Mall berfungsi sebagai drugstore dengan produk beragam yang dipengaruhi simulasi dan simulakra media sosial. Hiperrealitas tercermin dari citra mall yang modern dan mewah, pengaruh iklan terhadap keputusan konsumsi, serta distingsi menunjukkan bahwa konsumsi di mall dianggap memiliki nilai yang lebih tinggi.
