Sejak Reformasi  secara kelembagaan dan nasib Golkar sebagai kekuatan sosial politik diramalkan akan mengalami kehancuran dan tidak mampu keluar dari stigma dari bagian rezim Orde Baru. Namun kenyataannya, sepanjang pemilihan umum yang diselenggarakan selama orde Reformasi ini, Golkar sebagai sebuah partai politik tetap menjadi kekuatan yang sangat penting dalam kontelasi kekuasaan di tanah air. Dalam pemilu 1999 secara mengejutkan Golkar menempati urutan kedua. Meskipun belum pernah kembali menjadi pemenang pemilu, Golkar secara nasional selalu menempati urutan kedua dalam perolehan suara dan kursi di lembaga legislatif. Dalam posisi seperti itu, bagaimana dengan konstelasi politik di tingat kabupaten khususya  kabupaten Sragen.

Secara konseptual penelitian ini menitikberatkan pada pemikiran tentang komunikasi politik, pemasaran politik dan gagasan-gagasan yang berkaitan dengan komunikasi politik dan strateginya yang melihat komunikator, pesan, saluran media komunikasi dan pemahaman terhadap perilaku politik kontituen.

Dengan melalui pendekatan penelitian kualitatif, tehnik pengumpulan data dilakukan dengan data wawancara mendalam, pengamatan, dan analisis terhadap dokumen-dokumen. Penelitian ini menghasilkan temuan sebagai berikut: Pertama, ada beberapa situasi yang menentukan caleg untuk memenangkan pemilu yakni 

dimensi budaya, sosial, keagamaan, dan kondisi keuangan. Kedua, bentuk komunikasi langsung dan tatap muka menjadi kekuatan paling penting dalam menyampaikan pesan-pesan komunikasi politik. Ketiga, pemanfaatan saluran komunikasi politik  yang dimaksudkan untuk meningkatkan popularitas dan eskalasi keterkenalan di masyarakat.

Kata kunci: Strategi,  Komunikasi Politik, Golkar, Calon Legislatif, Pemilihan Umum