Latar Belakang: Antraks merupakan penyakit infeksi menular akut yang disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis yang dapat membentuk spora. Pada antraks inhalasi, terjadi respons inflamasi, stress oksidatif, serta perubahan struktural dan inflamatori pada alveolar-capillary barrier. Ketiga hal tersebut ditandai dengan peningkatan kadar TNF-? dan MDA dalam serum serta peningkatan ekspresi TNF-? pada pengecatan IHC. Propolis dan sinbiotik telah diketahui memiliki efek anti-inflamasi dan dapat menurunkan stress oksidatif, sehingga memiliki potensi sebagai terapi tambahan pada kasus antraks.
Tujuan: Mengetahui pengaruh pemberian propolis dan sinbiotik terhadap kadar TNF-?, MDA dan kerusakan alveoli pada tikus model antraks inhalasi.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental post-test only control group design yang dilakukan pada bulan Juni 2021 terhadap 40 sampel tikus putih jantan (Rattus norvegicus) di Laboratorium Bioteknologi Pusat Antar Universitas (PAU) UGM dan Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran UNS. Sampel dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu kelompok kontrol (K), kelompok dengan antibiotik dan propolis (P1), kelompok dengan antibiotik dan sinbiotik (P2), kelompok dengan propolis (P3), serta kelompok dengan sinbiotik (P4). Kadar TNF-? dan MDA diperiksa 7 hari setelah inhalasi spora dan hari ke-14 sejak diberi perlakuan sesuai dengan kelompoknya. Untuk mengetahui dan membandingkan pengaruh propolis serta sinbiotik, dilakukan uji two-way anova dilanjutkan dengan uji LSD post-hoc apabila data terdistribusi normal, dan uji Kruskal Wallis dilanjutkan dengan uji Mann Whitney apabila distribusi data tidak normal.
Hasil: Propolis dan sinbiotik secara signifikan dapat menurunkan kadar TNF-? dan MDA jika dibandingkan dengan kontrol (p < 0>Kesimpulan: Terdapat pengaruh yang signifikan dari pemberian propolis dan sinbiotik terhadap penurunan kadar TNF-? dan MDA pada tikus model antraks inhalasi.

Kata Kunci: antraks, propolis, sinbiotik, TNF-?, MDA, kerusakan alveoli paru