Wayang Malangan tumbuh dan berkembang di daerah Malang. Sayangnya, wayang kulit gaya Malangan kurang dikenal oleh masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan unsur intrinsik dalam naskah wayang kulit gaya Malangan lakon Sesaji Rajasoya, representasi religiositas dalam naskah wayang kulit gaya Malangan lakon Sesaji Rajasoya, dan relevansi unsur intrinsik dan religiositas dalam naskah wayang kulit gaya Malangan lakon Sesaji Rajasoya sebagai alternatif materi pembelajaran sastra Jawa di perguruan tinggi.

     Penelitian ini berbentuk deskriptif kualitatif. Sumber data utamanya adalah naskah wayang kulit gaya Malangan lakon Sesaji Rajasoya. Teknik pengambilan subjeknya menggunakan teknik sampel bertujuan. Teknik pengumpulan datanya menggunakan analisis isi dan wawancara. Informan yang diwawancarai terdiri dari penulis naskah, satu dosen bidang sastra Jawa, satu peneliti ahli bidang wayang Malangan, dan beberapa mahasiswa serta alumni Prodi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah (PBSID) di Universitas Negeri Malang. Uji validitas datanya adalah triangulasi teori dan triangulasi sumber. Teknik analisis datanya menggunakan model interaktif yang meliputi empat komponen, yaitu pengumpulan data, reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan.

     Hasil penelitian menunjukkan bahwa naskah wayang kulit gaya Malangan lakon Sesaji Rajasoya: (1) mengangkat tema balas dendam dan keserakahan, beralur maju, penokohan digambarkan melalui dialog tokoh-tokohnya, dan memiliki latar tempat dan latar suasana, serta adanya keterjalinan di antara unsur-unsur strukturnya, yakni tema dengan penokohan, tema dengan amanat, tema dengan latar, amanat dengan penokohan, dan latar dengan penokohan; (2) memuat representasi religiositas yang terbagi dalam lima aspek, yakni aspek kepercayaan, aspek praktik, aspek pengetahuan, aspek pengalaman, dan aspek konsekuensi. Aspek pengetahuan dan aspek konsekuensi paling banyak representasinya karena ada beberapa tokoh yang memiliki keunggulan dalam kebijaksanaan berpikir, seperti Kresna, Rsi Cidha Kosika, dan Cangik; dan (3) kajiannya, yakni unsur intrinsik dan religiositas dengan didukung hasil wawancara dengan informan menyimpulkan bahwa naskah Sesaji Rajasoya relevan sebagai alternatif materi pembelajaran sastra Jawa di perguruan tinggi karena beberapa alasan, yakni penggunaan bahasa yang sesuai dengan dialek Malang, penggunaan alur cerita yang runtut dan cenderung tidak berbelit-belit, dan penerapan religiositas dari beberapa tokoh yang dapat diterapkan oleh mahasiswa.