Latar Belakang: Sepsis didefinisikan sebagai suatu kondisi yang mengancam nyawa di mana organ tubuh mengalami disfungsi yang disebabkan oleh respon sistemik tubuh yang mengalami disregulasi. Derajat disfungsi organ pada pasien sepsis dinilai dengan berbagai sistem penilaian yang mengukur kelainan berdasarkan hasil klinis, data laboratorium, atau intervensi terapeutik. Beberapa sistem penilaian disfungsi organ telah dirancang untuk mendeteksi dan menentukan prognosis sepsis, di antaranya adalah Quick Sequential Organ Failure Assessment (qSOFA)  dan National Early Warning Score 2 (NEWS2). Penelitian ini bertujuan untuk menilai kemampuan NEWS2 dan qSOFA dalam mendiagnosis kasus sepsis pada pasien Intensive Care Unit (ICU).
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian uji diagnostik yang termasuk dalam desain studi observasional dengan pendekatan cross sectional. Subjek penelitian ini meliputi pasien sepsis dan bukan sepsis yang dirawat di ICU RSUD Dr. Moewardi. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik konsekutif secara retrospektif dari rekam medik subjek penelitian. Pengumpulan data dilakukan berdasarkan kriteria inklusi, eksklusi, dan drop out. Analisis data dilakukan dengan menggunakan perhitungan sensitivitas, spesifisitas, dan Area under the Operating Curve (AuROC).
Hasil: Total sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 68 pasien yang dirawat di ICU RSUD Dr. Moewardi, dengan 34 orang (50%) adalah pasien sepsis dan 34 orang lainnya (50%) adalah pasien bukan sepsis. NEWS2 memiliki sensitivitas lebih tinggi, 97.1%, daripada qSOFA, 61.8%. NEWS2 memiliki spesifisitas lebih rendah, 23.5%, daripada qSOFA, 58.8%. NEWS2 memiliki nilai diskriminasi atau AuROC lebih besar, 0.6445, daripada qSOFA, 0.6371.
Simpulan: NEWS2 lebih baik dari qSOFA dalam mendiagnosis kasus sepsis pada pasien ICU di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
    
Kata Kunci: Diagnosis, NEWS2, qSOFA, Perawatan Intensif